Cinta Part 2
12.6.10 by Zaza in Label:

Siapa?

Siapapun berhak mencintai dan dicintai. Tanpa memandang dari siapa ia dilahirkan, sehingga tak perlu bertanya-tanya seperti apa nasabnya ? Tanpa menghitung harta kekayaannya, sehingga tak perlu bertanya-tanya apa pekerjaannya ? Tanpa mensyaratkan pikat pesonanya, sehingga tak perlu bertanya-tanya seperti apa rupanya ? Yang saya tahu dari sebuah hadist, bahwa anda boleh bertanya-tanya tentang agamanya ?(tapi gak etis banget kalau sampai anda menanyakan langsung tanpa basa-basi, jadi mendingan anda menyelidikinya aja…). (sebetulnya sih itu syarat seorang laki-laki menikahi wanita, hehe…)
Hari ini saya membaca sebuah tulisan yang isinya : “Setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai. Hanya saja, tidak semua orang berhak memiliki cinta tersebut. “ Isi tulisannya simple aja, tapi makna yang dikandungnya gak se-simple tulisannya. Dan saya bisa kaitkan statement tersebut untuk mempertanyakan siapa? Siapa yang mencinta, siapa yang dicinta, pada siapa cinta boleh berlabuh, karena siapa cinta itu ada, dan pertanyaan lainnya yang ada hubungannya dengan siapa.
Manusia diciptakan dengan dua mata untuk melihat, dua telinga untuk mendengar, dua tangan dan kaki, dan lainnya. Tapi manusia dianugrahkan hanya dengan satu mulut, satu hidung, satu hati, dll. Mengapa demikian? Mengapa kita hanya diberi satu hati? Karena kita hanya boleh mencintai untuk satu cinta, yaitu mencintai Allah SWT tanpa mendustakannya sedikitpun. Orang yang anda cintai aja cemburu kalau anda mencintai yang lainnya, begitu juga dengan Allah. Allah itu Maha Pencemburu kalau cinta untuk-Nya diduain oleh hamba-Nya. Tapi justru Allah akan meridhoi orang-orang yang mencintai yang lainnya dengan landasan cinta kepada Allah.
Merujuk pada definisi cinta versi Dik Doang, definisi tersebut juga menjawab siapa saja yang boleh dicinta. Karena cinta itu tak terstruktur, maka siapapun boleh kita cintai. Hanya saja obyek yang berhak kita cintai itu ada batasnya. Anda harus mencintai kedua orangtua anda, tanpa melanggar syarat mencinta yang ditetapkan Allah. Anda harus mencintai saudara anda, tanpa melanggar syarat mencinta yang ditetapkan Allah. Anda mencintai pasangan anda pun tidak boleh melanggar syarat mencinta yang ditetapkan Allah. Buat apa anda mencintai setengah mati orang tua, saudara, sahabat, pasangan, dll. tapi anda kehilangan cinta-Nya karena anda melanggar apa yang Ia tetapkan. Jadi, cintailah orang lain tanpa harus kehilangan cinta yang anda miliki, dan cintailah mereka sesuai dengan syariat yang sudah ada.
Kalau kata orang cinta itu buta, kayaknya istilah itu kurang tepat deh. Yang bener, nafsu itu buta. Cinta itu tidak buta, karena ia datang dari mata hati yang suci. Cinta itu hadir atas bimbingan mata hati dan suara hati anda yang paling jujur. Jadi harusnya gak tuh istilah kesesat cinta. Ya karena pada dasarnya cinta itu suci maka otomatis tidak menyesatkan.
Bila semua orang boleh mencintai dan dicintai, kenapa ada cinta yang tak berhak dimiliki? Kita analogikan dengan sederhana, misalnya saya punya sebuah pohon dan anda boleh memandanginya selama yang anda suka, anda boleh berteduh dibawahnya selama yang anda inginkan, anda boleh mencium wangi bunganya ketika ia merekah, bahkan anda juga boleh memakan buahnya saat ia berbuah nanti. Tapi satu hal yang tetap anda harus ingat, pohon itu bukanlah milik anda, pohon itu milik saya. Anda tidak bisa seenaknya mengambil pohon itu dari saya. Karena saya lah pemilik pohon itu, maka saya yang berhak atas pohon itu. Tidakkah anda berterimakasih pada saya karena saya telah berbaik hati membiarkan anda melihat, berteduh, mencium bunga, dan menikmati buah dari pohon saya?
Saya pikir analogi itu cukup menjelaskan mengapa memiliki cinta itu bukanlah hak, karena ada pemilik yang jauh lebih berhak dalam memperlakukan cinta. Dan saya rasa, semua uraian di atas sudah sedikit menjelaskan bahwa memang semua orang boleh mencinta dan dicinta selama cinta tersebut tidak melanggar aturan yang ada. Serta atas dasar hanya karena Allah lah kita boleh mencitai.
=+=+=+=
Jangan cepat puas hanya dengan apa yang saya tulis disini. Kejarlah semua ilmu, karena bukan ilmu dan pengetahuan yang menghampiri anda, tapi anda lah yang harus mencarinya, meski harus ke ujung dunia sekalipun (bukannya dunia gak berujung…?).

Posting Komentar