Aku Tahu, Tapi Aku Hanya Diam
21.2.10 by Zaza in Label:

Banyak hal yang kurasakan saat itu. Semuanya bercampur aduk di dalam hati. Mungkin aku bisa dikatakan bahwa aku mengerti dengan apa yang sedang terjadi. Yah, tapi memang aku tidak pernah mengalami hal yang baru saja kulihat. Dan aku berharap aku tak pernah mengalaminya walau hanya sekali. Cukup dia saja yang membuatku belajar dari pengalamannya.

Tapi keadaan saat itu tak sesederhana yang dibayangkan. Meskipun aku mengerti, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Dengan bodohnya aku hanya terpaku sambil menonton kejadian itu. Diam membisu karena bingung apa yang sebenarnya harus kuperbuat. Jadi, aku hanya diam hingga semua kejadian itu berlalu.

Sampai saat ini pun, aku hanya diam saja. Tak berani bertanya, enggan untuk mencari tahu lebih lanjut. Aku bukannya tidak peduli, tapi ini tentang perasaan, tentang hati. Karena itulah, aku, dia atau mereka, tak pernah menganggap hal ini adalah masalah yang sederhana.

Kalau dia merasa aku begitu bodoh karena aku tak membelanya, aku minta maaf. Aku hanya mencoba bersikap adil. Aku hanya tak mau terlalu mencampuri urusan orang lain. Aku tak ingin membuatnya tersinggung. Dan aku masih menunggunya bila ia mau bercerita padaku. Suatu saat nanti...

I`m Sorry
18.2.10 by Zaza in Label:

Untuk seseorang yang begitu dekat denganku. Bukan dekat dalam arti jarak antara aku dan dia, tapi ini adalah sebuah ungkapan karena bagiku dia adalah seorang kakak yang cukup baik. Aku hanya ingin bilang: i`m sorry. Aku terlalu sering membuatnya kecewa. Aku tidak pernah mengerti apa yang di inginkannya. Untuk itu, aku ingin meminta maaf padanya.

Mungkin, aku teralalu sering menekannya untuk menuruti keinginanku. Mungkin aku terlalu bersikap egois. Mungkin aku dinilai begitu keras kepala olehnya. Bahkan mungkin dimatanya aku terlihat angkuh dan sombong.

Tapi aku tak peduli dengan itu semua. Sungguh, aku tak pernah bermaksud untuk melukainya. Untuk membuatnya kecewa. Bahkan tak terbesit sedikit pun oleh ku untuk membencinya. Memang, kerap kali apa yang dilakukannya itu sering membuatku kesal. Atau bahkan membuatku sedikit marah padanya.

Aku hanya ingin dia tahu, bahwa apa yang kulakukan itu, bukan karena aku membencinya. Aku memiliki prinsip yang harus kutaati. Dan aku harap dia mau memahami prinsip yang ku pegang itu. Aku tidak terlalu berharap dia benar-benar mengerti tentang aku, aku hanya ingin dia mengerti tentang prinsipku.

Sekali lagi, aku hanya ingin minta maaf. Aku harap, kita masih terus berteman. Meskipun ada sesuatu yang dia harapkan dariku. Dan aku pun meminta maaf untuk itu. Karena aku tak bisa...



I hope you can give me an apologize

Just Listen and Smile
3.2.10 by Zaza in Label:

Ketika aku hampir tertidur di angkot, tiba-tiba seorang pengamen kecil meloncat ke dalam angkot dan duduk di bagian pintunya. Aku cukup terkejut melihat gerakannya yang lincah sementara saat itu angkot tidak sedang berhenti. Ku pastikan nantipun dia akan turun dengan cara yang sama.

Pertama-tama dia meminta maaf kepada segenap penumpang karena mungkin kehadirannya mengganggu mereka. Lalu ia berterimakasih kepada sang supir karena membiarkannya menggelar konser di dalam angkot. I smiled at what he said.

Lalu dia mulai menggerakkan 'kecrekan' yang dibawanya. Ia menyanyikan sebuah lagu yang asing didengar olehku. Namun itu tak membuatku kembali untuk memejamkan mataku. Aku mencoba mendengarkan lagu asing yang ia nyanyikan dengan suara yang (maaf) agak pas-pasan...

Dalam lagunya itu, ia bercerita tentang kehidupan yang terasa begitu kejam namun tetap harus ia jalani. Ia yang mengatakan bahwa uang itu bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Hmm, like this...Lalu tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan karena sang pujaan hatinya terlalu memandang tinggi materi. Terdengar kurang pantas...Dengan keadaan yang seperti itu, dia bilang bahwa dia tidak boleh mencuri. Syair selanjutnya mengatakan bahwa seperti apapun kondisi kehidupannya, dia akan selalu tersenyum.

Mendengar hal itu, akupun ikut tersenyum. Aku yang saat itu duduk di dekatnya memandang sejenak ke arahnya. Satu hal lagi yang membuatku tak bisa menahan senyumku adalah:
"Ya terimakasih kepada semua penumpang yang budiman, saya sudah cukup senang melihat bapak, ibu, teteh, dan akang semua tersenyum. Tapi saya akan tersenyum bila bapak, ibu, teteh dan akang yang budiman ini bersedia mengisi gelas aqua yang saya sodorkan..."

Aku ingin berbagi kebahagian dengannya. Ditengah-tengah kehidupannya yang katanya kejam, ia masih mampu memberikan sebuah senyumnya padaku...




This is only a story, when first I just listened, until at last I smile ...
To him that made me smile, I just wanted to say thanks.

The Day After Tomorrow
1.2.10 by Zaza in Label:


Aku pernah mengatakan pada diriku sendiri, bahwa hari esok akan selalu ada. Esok takkan pernah mati. Hari ini ada karna kemarin telah berlalu. Dan esok pun akan ada, bila hari ini telah berakhir. Akan selalu ada hari setelah hari ini...

Tapi, orang selalu bilang bahwa esok tak kan datang bila kau tak melihat mentari terbit. Mungkin, matahari terbit, tapi hari akan berakhir bila kau melihatnya terbit dari arah yang berlawanan. Sedangkan yang lain bilang, esok tak kan datang bila kau tak bangun dari tidur lelapmu...

Aku tak peduli dengan itu semua. Bagiku, esok akan selalu ada. Ada atau tidaknya aku, terbit atau tidaknya matahari, esok akan selalu ada. Karna kita sama-sama tahu, kehidupan tidak pernah behenti.

Mungkin kehidupan dunia suatu hari kelak akan berhenti, tapi esok masih tetap akan datang. Hari esok ketika sebuah babak kehidupan baru dimulai. Tanpa pernah melupakan apa yang kita perbuat kemarin.

Aku ingin menyongsong hari esok itu, tanpa pernah menghapus semua jejak kemarin yang ku torehkan. Aku ingin, di hari esok yang tak pernah ku tahu kehadirannya bagiku, aku meninggalkan sebuah kenangan yang tak terhapuskan. Aku ingin sejarah mencatatnya, meski hanya sedikit yang harus dituliskannya...