Mengingkari Hati
8.3.10 by Zaza in Label:

Itulah aku. seseorang yang sering kali tak pernah jujur pada hatinya. Yang terlalu memikirkan ego sendiri atau perasaan orang lain. Yang pada akhirnya kerap kali dikecewakan oleh segala hal yang terjadi.

Hatiku yang akhir-akhir ini memprotes karena desakan perasaan yang begitu menekan, tak juga aku hiraukan. Selalu kucoba untuk tersenyum sementara hati miris menahan jemu. Walaupun aku tahu, terkadang akupun ingin mendengar apa yang di ungkapkan oleh hatiku. Maka aku ingin meminta maaf karena mungkin aku terlihat begitu munafik.

Aku pun mengingkari protes hatiku, yang menyuruhku agar aku mengistirahatkan badanku sejenak. Tapi aku tak bisa, aku harus segera berjalan kembali. Menyelesaikan tugas-tugas yang terasa begitu memberatkan kedua pundakku. Maka aku ingin meminta maaf karena mungkin aku terlihat begitu munafik.

Lagi-lagi aku tak mendengarkan protes hatiku, yang memintaku untuk sekali saja memikirkan diriku sendiri. Tanpa harus mengorbankan segalanya untuk orang lain. Bahkan mereka yang kerap kali mengcewakanku. Maka aku hanya ingin meminta maaf karena mungkin aku terlihat begitu munafik.

Protes hatiku saat ini adalah:
"Jangan terus memahami, kamu juga butuh di pahami..."

Renungan di Penghujung Hari
6.3.10 by Zaza in Label:

"Segala sesuatu bisa terjadi. Aku sendiri yang menjadi bukti dari ketidakmungkinan itu. Apa yang ku dapat mungkin hal yang mustahil bagi orang lain, tapi aku telah membuktikannya. Aku bisa. Dan itu bukanlah sekedar mimpi semata."
Kalimat itu yang dikatakannya kepadaku. Dengan semangat dia menceritakan dirinya. Lalu memberiku motivasi agar aku bisa lebih baik darinya. Dan memang, dia menjadi inspirasiku untuk memperbaiki kesalahan-kesalahanku yang lalu.
"Kita harus menepati apa yang sudah kita janjikan. Kita tidak sama dengan mereka. Kita bekerja dengan nurani, dan bukan untuk menipu. Sebuah kesalahan yang kita anggap kecil, akan menjadi masalah besar bila kita membiarkannya. Maka dari itu, lakukan saja apa yang kita janjikan..."
Dia orang yang berbeda, di hari yang berbeda, dan dengan tujuan yang berbeda. Tapi aku tahu apa yang dikatakannya itu benar. Bukan untuk mencari prestise di mata orang lain, tapi ini adalah sebuah janji.
"Coba deh sekali-kali pandanglah sesuatu jangan hanya dari sudut pandang kita. Apa yang kita pandang akan selalu salah, tapi ada sesuatu yang bernilai benar jika kamu berhasil menemukan celah untuk melihatnya."
Tentang sesuatu yang sedikit mengkhawatirkan. Aku ingin melakukan tindakan untuk menghentikannya. Tapi aku tak tahu bagaimana caranya dan apa yang harus aku lakukan. Maka aku hanya berharap, mereka memandang itu sebagai sesuatu yang baik.


Untuk kata-kata yang membuatku berfikir di penghujung hariku...

Dia Membuatku Tersenyum
1.3.10 by Zaza in Label:

Kalau anda menemukan uang beberapa rupiah saja, di saat kantung anda sedang kritis, sepertinya itu bisa di katakan sebuah anugrah. Atau ketika anda mendapati seseorang yang begitu anda rindukan, telah berada di rumah ketika anda pulang, itu juga anugrah bukan? Begitu juga dengan sebuah senyum di saat anda sedang merasa begitu gelisah, lelah, takut, atau lainnya.

Dia, seseorang yang membuatku tersenyum, aku hanya ingin bilang: Jazakillah, syukron jiddan...

Senyum kali ini terasa berbeda, karena ia ada di saat aku begitu merasa lelah, penat, suntuk, dan njelimet dengan tugas dan rutinitas kuliah yang cukup padat. Senyum kali ini hadir, ketika aku memang butuh sebuah hiburan. Senyum kali ini hadir ketika wajahku hampir menyaingi kusutnya benang jahit.

Aku harap, akan masih ada senyum lainnya yang kan menghiasi hari-hariku...