Ketika aku hampir tertidur di angkot, tiba-tiba seorang pengamen kecil meloncat ke dalam angkot dan duduk di bagian pintunya. Aku cukup terkejut melihat gerakannya yang lincah sementara saat itu angkot tidak sedang berhenti. Ku pastikan nantipun dia akan turun dengan cara yang sama.
Pertama-tama dia meminta maaf kepada segenap penumpang karena mungkin kehadirannya mengganggu mereka. Lalu ia berterimakasih kepada sang supir karena membiarkannya menggelar konser di dalam angkot. I smiled at what he said.
Lalu dia mulai menggerakkan 'kecrekan' yang dibawanya. Ia menyanyikan sebuah lagu yang asing didengar olehku. Namun itu tak membuatku kembali untuk memejamkan mataku. Aku mencoba mendengarkan lagu asing yang ia nyanyikan dengan suara yang (maaf) agak pas-pasan...
Dalam lagunya itu, ia bercerita tentang kehidupan yang terasa begitu kejam namun tetap harus ia jalani. Ia yang mengatakan bahwa uang itu bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Hmm, like this...Lalu tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan karena sang pujaan hatinya terlalu memandang tinggi materi. Terdengar kurang pantas...Dengan keadaan yang seperti itu, dia bilang bahwa dia tidak boleh mencuri. Syair selanjutnya mengatakan bahwa seperti apapun kondisi kehidupannya, dia akan selalu tersenyum.
Mendengar hal itu, akupun ikut tersenyum. Aku yang saat itu duduk di dekatnya memandang sejenak ke arahnya. Satu hal lagi yang membuatku tak bisa menahan senyumku adalah:
"Ya terimakasih kepada semua penumpang yang budiman, saya sudah cukup senang melihat bapak, ibu, teteh, dan akang semua tersenyum. Tapi saya akan tersenyum bila bapak, ibu, teteh dan akang yang budiman ini bersedia mengisi gelas aqua yang saya sodorkan..."
Aku ingin berbagi kebahagian dengannya. Ditengah-tengah kehidupannya yang katanya kejam, ia masih mampu memberikan sebuah senyumnya padaku...
This is only a story, when first I just listened, until at last I smile ...
To him that made me smile, I just wanted to say thanks.
To him that made me smile, I just wanted to say thanks.