Diambang batas titik kritis
sebagai mahasiswa, idealisme tentang prestasi akademik harusnya emang tinggi. hujjah yang harus dipegang sebagai landasan idealisme tersebut adalah: 1) bahwa nilai di peroleh dengan jujur, 2) target masa kuliah yang telah teragendakan, misalnya 4 tahun harus udah lulus, 3) harus jadi lulusan yang siap pakai, artinya bisa praktek juga, gak cuma teori doang, 4) lulus dengan nilai dan predikat minimal baik, 5) dapet beasiswa, 6) dll
khusus buat point empat, ada hal konyol yang baru terpikirkan setelah sharing sama temen. keinginan lulus dengan predikat cum laude tentu jadi impian setiap mahasiswa, termasuk kita. tapi sayang, mimpi ini langsung jadi sesuatu yang meragukan melihat nilai-nilai di tingkat 1 yang notebenenya masih ngulang pelajaran SMA. jadi, target cum laude langsung berubah: lulus dengan sangat memuaskan. alhasil, idealisme awal juga berubah, harus mengarah ke haluan baru nih. kalau dulu targetnya: jangan ada nilai C, sekarang jadi: jangan sampe ada yang ngulang! secara, kita ternyata sama-sama mengoleksi beberapa rantai karbon (alias nilai C) di tiap semesternya...
ya begitulah, kadang idealisme harus berubah seiring dengan realita yang terjadi. tapi jangan point 1 lah yang berubah. karena segala sesuatu itu boleh berubah selama masih dalam koridor syariat yang diperbolehkan. jadi bergerak menuju batas maksimum itu dibolehkan, tapi gak menghalalkan segala cara juga dong...
jadi kawan, andai batas tersebut ternyata masih mengharuskan kita untuk berubah arah mendekati titik yang semakin kritis, percayalah bahwa Allah punya rencana indah. justru dengan itu, kita jadi belajar banyak hal. kita di beri kesempatan merasakan bangkit dari keterpurukan dan bangun dari jatuh terjerembab. juga kesempatan untuk menghargai dan memahami sebuah proses belajar. dan jika kita masih bisa bertahan di satu titik yang kita anggap aman, maka bersyukurlah. untuk semua yang terjadi sekarang, teruslah menjadi lebih baik...
nah, ada hal lain yang berhubungan dengan idelaisme dan bulan juni. mungkin sempet bertanya-tanya, apa hubungannya cerita di atas sama "Juni Yang Hilang"? secara langsung, emang gak ada korelasi yang cukup berarti (mungkin tetap bernilai positif, tapi gak ngaruh banyak juga...). tapi sebenernya ada kok, ga usah panik gitu ah...
gini loh, kata (banyak) penulis: menulis lah walau hanya beberapa kalimat di setiap harinya. tujuannya supaya kita tetep jadi makhluk yang produktif, gak cuma sekedar aktif aja. bisa produktif dengan menuliskan cuap-cuap gak jelas setiap harinya juga jadi impian. ya tapi itu, ternyata idealisme tersebut harus bergeser: ya paling gak, ada-lah hal yang bisa di posting tiap bulannya. tapi, bulan juni ini bener-bener jadi makhluk yang gak produktif, khususnya di blog. liat aja, bulan juni sama sekali gak ada postingan, bahkan walau hanya sekedar nulis "bismillah untuk UAS" (kok jadi lebih mirip status ya??). bulan kemarin semua pikiran teralihkan ke penyelesaian project dan ujian...
hufm, udah ketemu kan korelasinya apa?
kalau di tuliskan secara tersurat sih, cerita di atas cuma pengantar doang tentang idealisme...mungkin bisa jadi alasan juga, soalnya lagi gak ada inspirasi gara-gara tegang nungguin nilai keluar...
Butuh Pegangan Kayaknya
kalau ada yang ngeluh lagi bingung, biasanya ada yang nyeletuk nyuruh buat pegangan. dan kalau saya yang digituin, maka saya akan bergumam dalam hati: agak gak waras nih orang...! tapi, inilah namanya buah simalakama. yang artinya gak beda jauh kayak senjata makan tuan. gimana enggak, saya lagi bingung dan saya sendri yang jawab bahwa sepertinya saya harus pegangan. berarti saya juga agak gak waras dong ya?
what ever-lah! lagi bingung beneran nih. masalah danus dan sponsor buat acara ramadhan. ini kayaknya juga aga sedikit mempengaruhi produktivitas nih...